LHB Kunjungi Orgil 41 Tahun Terpasung di Tegalan Terpencil

AMLAPURA, NusaBali
Selasa, 10 Maret 2009

Gangguan jiwa alias gila mendera kakek I Nyoman Wari, 69, di Dusun Belong, Desa/Kecamatan Manggis, Karangasem sejak tahun 1968. Karena galak dan suka usil, keluarganya mengucilkan dia di tengah tegalan, di mana dia hidup sendirian. Kaki kanannya dimasukkan ke lubang batang kayu yang dijepit besi.

“Saya tak bisa mengurus lagi. Makanya saya pasung di sini. Saya datang saat membawakan makanan saja,” kata I Ketut Siari, 67, adik Wari, di sela kunjungan aktivis Layanan Hidup Bahagia (LHB) Bali di lokasi pasien, Senin (9/3).
Penyakit Wari, kata Siari, sering kumat menjelang Kajeng Kliwon atau hari raya tertentu. Upaya Siari menyembuhkan penyakit saudaranya buntu. Walau dikunjungi rombongan Layanan Hidup Bahagia, dipimpin psikiater Prof Dr dr Luh Ketut Suryani SpKJ, namun Siari masih ragu terhadap kesembuhan kakaknya.

Kemarin, Wari langsung diterapi dengan suntikan oleh dr Cok Bagus Jaya Lesmana SpKJ, kemudian diberikan obat secukupnya. “Masalahnya, telah lama putus minum obat. Terakhir minum obat tahun 1975.

Wari, ayah seorang anak perempuan dan dua cucu, tinggal di teras gubuk, mengenakan dua lapis pakaian sangat kumal. Tampilannya mirip gembel, selama berpuluh tahun tak pernah mandi. Tidur hanya beralas tikar. Bantalnya dari ikatan kain. Malam hari, gubuknya tak diterangi lampu. Lokasinya cukup jauh dari pemukiman penduduk. Untuk mencapainya, pengunjung melintasi jalan setapak.

Wari hanya disediakan satu ember air untuk cuci muka. Sedangkan untuk membersihkan dirin sehabis buang air besar atau buang air kecil, itu tidak bisa dilakukan. Sebab, badannya tidak bisa dimiringkan karena kaki kanannya dipasung. Hal itu menyebabkan bau sekitar teras gubuk itu sangat menyengat.

Gigi Wari, yang telah berstatus duda, terlihat sebagian telah tanggal.Dia tak pernah ditengok anak satu-satunya yang telah menikah. Saudaranya, I Ketut Siari juga jarang menengoknya.

“Sempat saya obati ke RSJ Bangli tiga kali. Saat diajak ke RSJ yang terakhir, petugas RSJ menolaknya. Sebab, Wari ngamuk, mengganggu penghuni RSJ dan petugas,” kenangnya.

Terakhir, dia masuk RSJ tahun 1975. Sejak itu pula dia putus minum obat medis. Selanjutnya, dia berobat secara nonmedis. “Banyak balian sudah saya datangkan, namun tak satu pun mampu menyembuhkannya. Bahkan ada seorang balian membuatkan pangijeng (sarana niskala, penangkal serangan gaib),” lanjut Siari.

Sebelum dipasung, kata Siari, kakaknya sering memanjat tembok tinggi bahkan naik bale kulkul dan memalu kentongan. Siari mengaku sering mendapat laporan tentang perilaku saudaranya. Penderita gangguan jiwa itu juga sering usil, mengejar-ngejar wanita. Banyak wanita dibuat ketakutan, dikejar dan didekapnya. Karena seringnya meresahkan masyarakat Dusun Belong dan sekitarnya, maka Wari dipasung. Siari mengaku tidak kuat lagi mengajak kakaknya hidup satu halaman rumah..

“Saya sudah ngewacakang, sudah membayar sesangi (kaul) sesuai petunjuk niskala, namun belum juga ada perubahan penyakitnya,” tambah Siari.

Mestinya minum obat secara rutin,” kata Prof Suryani. Prof Suryani sangat menyayangkan, penderita Wari tak terdata selama ini. Kepada petugas LSM yang mendata, kepala dusun setempat tidak melaporkan ada warganya menderita gangguan jiwa. Bahkan petugas Puskesmas Manggis tidak mengetahui ada penderita gangguan jiwa yang dipasung sejak 41 tahun lalu.

Kunjungan kemarin dilakukan LHB setelah mendengar kabar ada penderita dipasung, saat berlangsungnya pengobatan gratis untuk 19 pasien gangguan jiwa di Bale Desa Manggis, Kecamatan Manggis. Ini dilakukan Prof Suryani didampingi dr Cok Bagus, aktivis I Komang Kusuma Adi, I Komang Gede, dan I Nyoman Wiweka.

Pasien lain yang dikunjungi, Ni Nengah Suratni di Desa/Kecamatan Manggis. Pasien itu bukan saja menderita gangguan jiwa, juga tergolong pasien anemia gravis (HB sangat rendah).

Program pengobatan gratis untuk penderita gangguan jiwa itu dilakukan di Karangasem sejak beberapa bulan terakhir. Pengobatan dilakukan terhadap 114 pasien di Kecamatan Abang dan 19 pasien di Kecamatan Manggis. Target berikutnya 53 pasien di Kecamatan Rendang dan 122 pasien di Kecamatan Sidemen. “Khusus untuk Kecamatan Manggis, sebenarnya targetnya 78 pasien,” katanya. Padahal penderita gangguan jiwa di Karangasem tercatat 899 orang.

K16